Pada 11 Mei 2025, publik Malaysia dan dunia diguncang oleh sebuah peristiwa tragis: seekor anak gajah liar tewas setelah tertabrak truk pengangkut ayam di Jalan Raya Timur-Barat, Gerik-Jeli, Malaysia. Kejadian ini menyisakan duka mendalam, bukan hanya karena kematian seekor hewan liar, tetapi karena reaksi emosional sang induk gajah yang berdiri di samping jasad anaknya selama sekitar lima jam. Ia tidak bergeming, seakan berharap keajaiban akan menghidupkan kembali anaknya. Pemandangan ini membekas di hati banyak orang dan menjadi simbol nyata dari cinta, kehilangan, dan duka.
Tragedi ini juga membawa refleksi bagi kita manusia. Jika seekor induk gajah bisa begitu berduka, bagaimana dengan kita yang juga kerap menghadapi kehilangan dalam hidup, di dunia kerja, keluarga, atau relasi?
Belajar dari Kisah Induk Gajah untuk Mengelola Empati di Tempat Kerja
Empati adalah kemampuan memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain. Dalam konteks kerja, empati menjadi jembatan untuk membangun hubungan yang sehat, mendukung kolega, dan menciptakan lingkungan yang inklusif dan manusiawi.
Kehilangan bukanlah milik dunia liar semata. Di dunia profesional, kehilangan hadir dalam berbagai bentuk: rekan kerja, proyek penting, peluang, hingga perasaan terasing akibat perubahan besar organisasi. Dalam situasi seperti ini, empati menjadi kunci. Ia membantu kita saling menguatkan dan menavigasi transisi dengan penuh pengertian.
Budaya kerja yang menumbuhkan empati akan melahirkan tim yang lebih kompak, pemimpin yang lebih bijak, dan karyawan yang lebih tahan banting. Sebagaimana induk gajah yang menunjukkan cinta dan ketulusan di tengah duka, manusia pun membutuhkan ruang dan waktu untuk memproses perasaan. Pemimpin yang mampu melihat dan merespons kebutuhan emosional timnya akan membangun fondasi SDM yang lebih kuat.
Induk Gajah adalah Simbol Ketahanan dan Kepemimpinan dalam Pengembangan SDM
Tindakan induk gajah yang merespons kehilangan anaknya dengan emosi kuat—kadang marah, menangis, atau bahkan mengamuk—adalah cerminan kedalaman perasaan dan ikatan yang dimilikinya. Di balik ekspresi emosional itu, tersimpan ketahanan luar biasa: ia tetap mendampingi, menunjukkan kesetiaan, dan perlahan menerima kenyataan.
Ketahanan seperti inilah yang relevan dalam kepemimpinan dan manajemen SDM. Pemimpin yang mampu mengelola emosinya dengan sehat, tidak menekan kesedihan, tetapi juga tidak larut di dalamnya, akan lebih siap menghadapi perubahan dan tekanan. Ketahanan bukan berarti tidak terluka, melainkan kemampuan untuk tetap berdiri, memulihkan diri, dan membawa tim melangkah maju.
Pemimpin yang tahan banting dan memiliki empati justru mampu menciptakan budaya kerja yang tangguh. Mereka menjadi jangkar dalam badai perubahan, sekaligus pelindung bagi timnya.
Baca Juga: 7 Jenis Pengembangan Karyawan, Manfaat, dan Cara Menyusunnya
Harapan dan Pembelajaran dari Kisah Induk Gajah
Meskipun penuh duka, kisah ini juga menyisakan pelajaran mendalam. Harapan muncul dalam bentuk solidaritas, seruan untuk konservasi, dan dorongan untuk kebijakan yang lebih ramah lingkungan. Dari tragedi, kita belajar pentingnya menjaga semangat positif, menjaga nilai-nilai kehidupan, dan tetap melangkah ke depan.
Dalam konteks SDM, harapan menjadi energi yang penting. Saat tim atau organisasi mengalami kegagalan atau kehilangan, harapan adalah pondasi untuk bangkit dan tumbuh. Ia menumbuhkan daya tahan psikologis, membuka ruang untuk kreativitas, dan memperkuat rasa untuk mencapai tujuan bersama.
Induk gajah mengajarkan bahwa bahkan dalam kesedihan terdalam, ada kekuatan yang bisa diambil untuk terus berjalan. Organisasi pun perlu membangun budaya yang memberi ruang bagi kesedihan, namun juga menyediakan jalan untuk pemulihan dan pertumbuhan.
Baca Juga: 6 Tantangan dalam Mengembangkan Kompetensi Karyawan di Era Digital
Pelatihan Pengembangan SDM di Karier.mu
Karier.mu adalah platform pengembangan karier berbasis teknologi yang menyediakan berbagai program pelatihan untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Platform ini menawarkan pelatihan yang dirancang oleh para ahli di berbagai bidang, dengan akses yang terintegrasi dan mutu pelayanan yang merata.
Berikut beberapa program pelatihan pengembangan SDM yang tersedia di Karier.mu:
- Menjadi Karyawan HR yang Kompeten Mengelola Pengembangan Pelatihan SDM. Pelatihan ini bertujuan untuk membekali peserta dengan kemampuan mengelola program pengembangan pelatihan SDM. Peserta diharapkan mampu menunjukkan minimal 75% penguasaan materi pada saat unjuk keterampilan.
- Mengelola Karyawan sebagai Staf Sumber Daya Manusia (HR). Program ini dirancang untuk membantu peserta memahami konsep dasar pengelolaan SDM dan mampu menerapkannya dalam mengelola karyawan perusahaan. Peserta diharapkan menunjukkan minimal 60% penguasaan materi pada saat unjuk keterampilan.
- Merancang Pelatihan untuk Manajer SDM. Pelatihan ini fokus pada kemampuan merancang program pelatihan sesuai kebutuhan karyawan. Peserta diharapkan mampu menunjukkan minimal 60% penguasaan materi pada saat unjuk keterampilan.
- Manajemen Sumber Daya Manusia bagi Pegawai Personalia. Program ini ditujukan untuk pegawai personalia agar mampu melakukan manajemen SDM di perusahaan secara efektif.
Selain program-program di atas, Karier.mu juga menyediakan pelatihan untuk meningkatkan produktivitas karyawan di berbagai divisi, seperti pelatihan dalam penggunaan tools digital, pengembangan soft skills, dan keterampilan interpersonal.
Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, Anda dapat mengunjungi situs resmi Karier.mu. -RDRP-